Search This Blog

Monday, January 31, 2011

Cerita Paling Dasyat Di Dunia

Seorang wanita Belanda di era PD-I menjadi penari orientalis dan spion politik untuk pemerintah Jerman dan Perancis.Gadis Belanda itu bernama Margarethe Gertruide Zelle. Dia lahir di Leeuwarden, Belanda. Ketika dia berusia 19 tahun, tepatnya tahun 1895, dia dinikahi oleh Rudolph Macleod, (39 tahun). Rudolph adalah pegawai tinggi tentera Belanda yang bertugas di Indonesia. Pasangan baru berkahwin ini diboyong ke Indonesia, pertama kali tinggal di Semarang.

Cerita Pelacur Paling Dahsyat di Dunia




Margarethe senang dengan rumah di Labuan yang selesa. Tak berapa lama lagi, suaminya harus berpindah tugas ke Malang, di daerah Tumpang. Di situ Margarethe suka bermain ke candi Jago, candi Kidal, candi Singosari. Dia mengagumi tarian serimpi yang ditarikan di candi-candi tersebut. Kemudian Suaminya dipindah tugaskan ke Sumatra.

Margarethe tidak kerasan tinggal di Sumatra. Dia rindu dengan suasana di Jawa. Apalagi anak laki-lakinya Norman meninggal di Sumatera. Tahun 1902 pasangan ini kembali ke Belanda. Dan berakhir dengan perpisahan. Rudolph tinggal dengan anak-anak perempuannya.

Masih tahun yang sama Margarethe pergi ke Paris, dengan tujuan akan belajar balet yang kemudian timbul niat Margarethe untuk menjadi penari orientalis di sebuah kelab malam. Dia cuba menari sebisanya bergaya tarian Jawa.Apalagi dia dulu sering melihat tari serimpi di candi Jago, Malang. Pakaianpun dia variasi sendiri. Bahkan Margarethe sebenarnya tidak tahu banyak kesenian Jawa, apalagi agama nenek moyang orang Jawa. Dia nekat saja menari dan berpakaian khas ketimuran.

Tarian dia membuat gebrakan baru. Bukan saja dia pandai menari orientalis di mata orang Paris, namun dia juga menari dengan eksotik dan telanjang. Dalam masa yang singkat namanya sudah cepat melambung. Banyak kaum elit Paris dan Eropah yang lain terkesima dengan penampilannya.

Ketika banyak media menyerlahkannya. Dia mengaku kalau lahir di kota Jaffnapatam, pantai Malabar, India. Sedang ayahnya seorang Brahmana dan ibunya seorang penari di candi. Kebohongannya membuat awam makin yakin.Apalagi setelah nama yang sebenarnya sebagai isteri Rudolph Mcleod itu diganti dengan nama MATA HARI.
Nama itu kedengarannya sangat asing di telinga orang barat. Khas ketimurannya menonjol. Mata Hari memang cocok dianggap orang timur. Bukan saja rambutnya yang hitam kelam dan kulitnya yang kecoklatan. Tapi bibir dan matanya kelihatan bukan seperti orang barat. Tariannya sungguh liar dan mengundang decak kagum banyak penonton.

Seorang yang dibuat tergila-gila pertama kali adalah Emile Guimet. Dia pengusaha industri sabun cuci dari bandar Lyon, Perancis. Sejak tahun 1885, Guimet telah menubuhkan muzium yang mengkoleksi barang-barang seni orientalis dan dia juga mempersilakan museumnya untuk pentas dan mengenalkan pada kalangan elit Paris. Honor yang didapat Mata Hari saat itu berupa emas seharga 1000 Franc. Pada tahun 1905 Mata Hari telah melakukan persembahan sebanyak 35 kali. Penonton yang terbanyak di Olympia-Theater, dia mendapat bayaran sejumlah 10.000 Francs. Di samping dia pentas di persembahan umum, juga melayani pentas persendirian. Mata Hari bercita-cita punya pacar orang kaya. Dan kini cita-citanya telah tercapai. Tak hanya orang kaya dan bangsawan yang menjadi pacarnya, tapi termasuk para pegawai tinggi. Dia hidup dengan kemewahan.

Kemudian Mata Hari berganti pacar lagi, kali ini dengan seorang peguam bernama Edouard Clunet. Dia meminta saran Clunet untuk menyambung dengan sebuah agen yang profesional untuk mengurus pementasannya. Clunet lalu menyambung dengan agen teater terkenal bernama Gabriel Astruc. Pada Januari 1906, pertama kali Mata Hari pentas di luar Perancis iaitu di Madrid. Pada Pebruari 1906 penari yang juga menyandang nama Margarethe itu pergi ke Berlin. Dia tak butuh waktu lama untuk memperkenalkan kebolehannya kepada awam. Apalagi ada sokongan dari seorang bangsawan tempatan. Kemudian dia pergi lagi ke Vienna, kerana dia mendapatkan surat dari Astruc untuk pentas di ibu kota empayar Austria-Hungary. Umum di Vienna luar biasa. Media terkecoh dengan pemberitaan asal mula Margarethe. Beberapa media menulis berbeza-beza, dia berasal dari Belanda, Jawa, Bali dan India. Postur tubuhnya juga diekpos, besar dan langsing. Kemolekannya seperti seekor binatang liar.

Seorang perempuan cantik yang mirip dewi aneh, berkulit gelap mirip gelapnya malam. Sebuah media mewartakan, kalau Margarethe berusia 30 tahun, tapi wajahnya seperti gadis muda. Bahkan di bulan Disember di Belanda terbit sebuah buku berjudul: "The Life of Mata Hari, the Biography of my Daughter". Buku itu ditulis oleh Adam Zelle, ayah Margarethe. Margarethe tidak yakin, kalau itu tulisan ayahnya sendiri. Dia percaya, kalau ada dua penulis mendatangi ayahnya, kerana kepopulerannya.

Spion (Double Eye Spy)
Sudah berbulan-bulan telah beredar desas-desus ketegangan antarabangsa di seluruh Eropah. Perang akan terancam meletus. Pada awal Ogos 1914 diumumkan perang telah meletus.

Orang-orang di jalan marah dan beringas. Pertokoan di sepanjang jalan di Paris yang berlabel Jerman atau Austria dibakar. Tak ada lagi "Brasserie Viennoise" dan "Café Klein". Polisipun kewalahan antara memihak bangsanya atau manusia pada umumnya. Di Berlin reaksinya tak beda dengan di Paris. Bangsa Jerman dan Perancis bersitegang dan dipertanyakan, kenapa Margarethe mundar-mandir di Berlin? Hanya seorang penari, tetapi banyak punya kenalan luas dan orang-orang penting.

Akhir bulan Julai 1914 Margarethe menjalin hubungan dengan seorang komander polis bernama Griebel. Margarethe sebagai gundiknya ikut melihat demonstrasi di luar istana maharaja.

Semboyan "Deutschland über Alles" mengumandang keras. Dalam beberapa hari saja, Margarethe kena sasaran aksi anti orang asing. Suasana yang mencekam itu juga bimbang keselamatan Margarethe. Kini dia sudah berusia 38 tahun. Dia punya akal ke Paris lewat Zürich, Switzerland. Namun pada 7 Ogos dia sudah berada di Berlin lagi.

Bukan saja dia tanpa kawan di Berlin, tapi juga tanpa pakaian. Dia beruntung ada orang Belanda tua yang baik hati dan membelikan tiket kereta api untuk keluar dari Berlin menuju Belanda. Pada 14 Ogos dia meninggalkan Berlin dan berhenti di Frankfurt meminta dokumen perjalanan konsul Belanda. Tarikh 16 Ogos dia tiba di Amsterdam. Pada 14 Disember 1914 untuk pertama kalinya Margarethe manggung di publik Belanda. Gedung teater di Den Haag penuh sesak pengunjung. Semua orang ingin melihat penampilan Mata Hari yang sudah tersohor itu. Tak begitu lama Margarethe mencari pasangan barunya, Baron Edouard van der Capellen.

Baron Edouard tak hanya kaya, tapi juga pimpinan pasukan askar berkuda. Dia berusia 52 tahun. Dalam tempoh sebulan dari perjumpaannya Margarethe dibuatkan sebuah rumah mungil nan indah oleh Baron di Den Haag. Baron menganggap Margarethe bagaikan pelacuran.

Pada 13 Mac 1915 Margarethe membaca akhbar Belanda yang memuatkan fotonya dengan judul "Madame Mata Hari". Dia sedih meratapi masa jayanya yang sudah lewat, sementara di rumah pemberian Baron seperti terkekang.Pada Ogos 1915 Margarethe berulang tahun yang ke 39 tahun.
Kehidupan sehari-hari Margarethe terasa sepi, kerana Baron sering bertugas berbulan-bulan tak pulang. Margarethe cuba kabur dan akan kembali ke Paris lagi. Jalan yang dia tempuh harus berkeliling dari Amsterdam menuju pelabuhan Inggeris, selat Biskaya ke Vigo, Sepanyol utara. kedatangan Margarethe di Paris Disember 1915 menjadi sorotan agen Perancis. Margarethe memakai pakaian mahal dan berlagak sombong. Apalagi dia merasa pernah menjadi bintang di Paris.

Pada suatu kesempatan Margarethe mendedahkan: Suatu malam bulan Mei 1916 di Den Haag aku didatangi seseorang yang bernama Karl Kramer. Kramer memberitahu tentang hubungannya dengan Perancis. Dan dia tanya aku, apakah kiranya aku bisa sedikit berbuat yang bisa membuat senang bangsa Jerman? Margarethe menirukan tawaran Kramer: "Kalau kamu boleh bantu, aku gembira dan aku sediakan bayaran sebanyak 20.000 Franc."

Mendengar tawaran wang, Margarethe terpikat. Namun dia butuh beberapa hari untuk mempertimbangkan. Bagi Margarethe tidaklah teramat sukar, kerana dia sudah terbiasa berbuat naif dan menjalani liku-liku dengan berbagai kalangan elit. Margarethe mengajukan usulan, seandainya dirinya bisa berbuat lebih, bolehkah ditambah bayarannya?Dan Kramer menyetujui.

Akhirnya dia menulis surat jawapan kepada Kramer, kalau dirinya sanggup menerima tawaran. Betapa senang Kramer, dia cepat-cepat mendatangi rumah Margarethe sambil membawa wang tunai 20.000 Franc. Kramer juga membawa peralatan tulis rahsia berupa tiga botol tinta. Dua botol di antaranya berupa tinta tanpa warna. Sedang sebuah botol berisi tinta berwarna biru kehijauan. Cecair di botol pertama berfungsi untuk melembabkan kertas. Cecair botol kedua untuk menulis berita dan cecair di botol ketiga untuk menghapuskan. Margarethe tampak hairan dengan peralatan rahsia itu. Tapi dia mempercayai Kramer. Tak hanya di situ persiapan sebagai agen ata-mata. Namun ada laluan khusus yang harus dipakai Margarethe iaitu laluan nombor: H21. Kata laluan nombor itu harus ditulis sebagai tanda tangan. Dan semua beritaharus dihantar ke alamat Hotel de l `Europe di Amsterdam.

Lalu Margarethe dihantar ke Paris, untuk menghantar berita-berita yang penting. Tapi Margarethe tak tahu apa-apa tentang tugas yang akan dilakukan. Memang antara dunia perisikan dan seks sangat erat. Orang-orang yang penting kedudukannya dan intelek sekalipun tetap akan bertekuk lutut di atas katil. Di Paris petualangan cinta Margarethe bermula lagi. Kali ini dengan seorang pegawai muda Rusia bernama Vadime de Masloff. Pada suatu malam ulang tahun Margarethe yang ke 40 itu, pemuda Vadime bercinta di bilik Grand Hotel.

Vadime usianya 20 tahun lebih muda dari Margarethe. Bahkan Margarethe berkata, selama hidupnya dia hanya bercinta dengan para pegawai. Suatu hari sebuah musibah menimpa pada Vadime. Sebuah bom tangan meletup dan mencederakan wajah serta leher Vadime dan terkena asap gas beracun. Dia harus dirawat di rumah sakit tentera.Margarethe cemas dan bermaksud ingin melawat Vadime di rumah sakit. Namun diperlukan surat khusus dari sebuah pejabat kementerian perang di Boulevard St.Germain. Tak tahunya di pejabat itu juga digunakan sebagai pejabat agen spion Perancis. Di sebuah tangga bangunan itu, secara kebetulan Margarethe berpapasan dengan kapten George Ladoux. Hubungan antara Margarethe dan Ladoux makin dekat.

Makin diketahui, kalau Ladoux sebenarnya ketua spion Perancis. Margarethe ditawarkan, untuk bekerja sebagai spion untuk Perancis. Ladoux menanyakan berapa gaji yang diminta? Bayangan Margarethe melambung tinggi, utamanya mencita-citakan hidup di masa depan dengan pacar terbarunya Vadime. "Satu Juta Franc", jawab Margarethe. Ladoux mempertimbangkannya, kerana gaji sejumlah itu sama dengan gaji untuk 12 spion paling handal. Namun Ladoux mengesyaki, kalau Margarethe sebenarnya adalah spion untuk Jerman. Mendengar permintaan gaji yang kurang ditanggapi Ladoux, maka Margarethe cuba meyakinkan lagi. Kalau dirinya juga kenal orang penting di Jerman bernama Kramer. Telinga Ladoux hampir pecah mendengar nama Kramer. Kerana memang dia orang penting Jerman.

Dari sini Ladoux makin yakin, kalau Margarethe benar-benar spion Jerman. Dan Margarethe cuba akan menjadi double agen. Ladoux tidak mahu mengambil risiko lebih jauh. Dia tak menyanggupi membayar satu juta Franc.

Pada 13 Februari Albert Priole, komander polis mengetuk pintu bilik hotel, tempat Margarethe menginap. Polis itu membawa surat perintah penahanan dantertulis: "Madame Zelle, Margarethe dengan nama Mata Hari, beragama Kristian protestan, lahir di Belanda 7 Ogos 1876, tinggi 1.75, bisa baca tulis telah dinyatakan terdakwa sebagai spion yang menyebarkan berita ke musuh."

Margarethe rasmi menjadi tahanan di Palais de Justice. dibawah pengawasan kapten Pierre Bouchardon. Kapten Bouchardon terus mempelajari dokumen-dokumen yang dihantar dari pejabat Ladoux.
Margarethe dikeluarkan dari sel untuk dilakukan pemeriksaan. Kesibukan pemeriksaan makin ditingkatkan, kes pada kes yang telah terlewati dipertanyakan langsung pada Margarethe. Hasil pemeriksaan, sangat diragukan kesetiaan Margarethe sebagai spion Perancis. Dia dituduh berbohong dan jelas terbukti sebagai spion Jerman. Margarethe mengelak dan justru mengaku bekerja untuk Ladoux. Buktinya dia sudah menghantar berita penting dari Madrid.Dalam pemeriksaan Ladoux tidak ada di tempat. Margarethe meminta menghadirkan Ladoux. Pada 10 April pihak polis menyerahkan bukti pemeriksaan pada zat-zat kimia yang dipakai Margarethe. Sebuah botol tinta bertuliskan: Toksik, ternyata sebuah tinta tanpa warna itu dari bahan kwalitas terbaik. Ketika penemuan polis itu diutarakan Margarethe oleh Bouchardon. Margarethe mengelak, dia mengaku menempah di Sepanyol.

Pada 25 Julai 1917 sebuah sidang tertutup digelar dengan penjagaan tambahan ketat. Beberapa saksi dan pegawai tentera perang hadir. Oleh hakim mahkamah perang, Margarethe disodorkan lapan soalan. Dan Margarethe dinyatakan terbukti bersalah sebagai spion Jerman. Untuk itu mahkamah perang Perancis menjatuhkan hukuman mati pada Margarethe.

Pelaksanaan hukuman mati pada Isnin, 15 Oktober 1917 di Bois de Vincennes, bahagian timur bandar Paris. 12 rejimen meriam siap dengan senapang di sebuah pagi yang dingin dan berkabut.

Sedang usia semua angkatan tentera tersebut masih muda, sekitar 20 tahun. Sehari selepas pelaksanaan eksekusi, tepatnya pada Selasa, 16 Oktober 1917, berbagai media antarabangsa memberitakan. "The Time" memberitakan penari Mata Hari telah dihukum tembak. "Daily Express", juga melangsir berita dengan judul "Spion cantik Mata Hari dihukum mati". "New York Times" menulis, penari dan petualang Mata Hari dijatuhi hukuman mati. Dia diambil dari penjara St.Lazare dan dibawa ke Vincennes untuk dihadapkan regu tembak.

"Le Figoro" mengabarkan, spion Mata Hari dihukum mati dan mayatnya dikebumikan di kubur Vincennes. Dua tahun kemudian Jeanne-Louise, anak perempuan Mata Hari yang sedang menginjak usia 21 tahun meninggal dunia akibat pendarahan di otak.



No comments:

Post a Comment